JAKARTA - Suasana khidmat terasa di Ruang Kusumah Atmaja, Gedung Mahkamah Agung, saat Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama (Dirjen Badilag) turut menyaksikan pelantikan 16 Ketua Pengadilan Tinggi Agama (PTA) pada Rabu, 11 Juni 2025. Lebih dari sekadar seremonial, acara ini menjadi momentum penegasan kembali komitmen terhadap penguatan kepemimpinan di lingkungan peradilan agama.
Pelantikan ini dipimpin langsung oleh Ketua Mahkamah Agung (MA), Prof. Dr. H. Sunarto, S.H., M.H. Dalam sambutannya, beliau menyoroti krusialnya peran pimpinan pengadilan tingkat banding sebagai "Role Model" bagi seluruh aparaturnya.
"Saudara-saudara yang baru saja dilantik hari ini, sebagai Pimpinan Pengadilan Tingkat Banding, harus bisa menjadi Role Model, karena dalam struktur peradilan, Pengadilan Tingkat Banding merupakan kawal depan (voorpost) Mahkamah Agung yang memiliki fungsi pengawasan dan pembinaan, ” ujar Prof. Sunarto.
Enam belas Ketua PTA yang baru dilantik mengemban amanah besar untuk memimpin dan mengayomi. Ketua MA menekankan bahwa kualitas seorang pemimpin pengadilan akan berbanding lurus dengan kualitas badan peradilan itu sendiri. Beliau menyerukan hadirnya sosok-sosok mumpuni yang tidak hanya ahli dalam aspek teknis yudisial, tetapi juga piawai dalam merumuskan kebijakan non-yudisial yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Lebih lanjut, Prof. Sunarto berpesan agar para hakim yang baru dilantik dapat menjadi figur yang inklusif dan solutif dalam memimpin pengadilan. Beliau mendorong terjalinnya sinergi yang kuat, berlandaskan profesionalisme, kejujuran, dan tanggung jawab. Integrasi nilai-nilai ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan berorientasi pada pelayanan prima.
Di penghujung sambutannya, Ketua MA mengingatkan tentang pentingnya perubahan paradigma pelayanan. Beliau mengajak seluruh jajaran untuk meninggalkan pola pikir 'pimpinan dilayani' dan beralih pada semangat 'pimpinan melayani'. Menurutnya, pimpinan pengadilan tingkat banding harus menjadi garda terdepan dalam memberikan contoh yang baik bagi hakim dan aparatur di bawahnya. Bukan fasilitas yang utama, melainkan keteladanan.
Beliau juga berpesan kepada para istri pejabat yang baru dilantik agar aktif berperan di Dharmayukti Karini, organisasi yang menaungi istri-istri pegawai peradilan. Dukungan dan pengawasan dari keluarga, terutama istri, sangat penting untuk memastikan para pejabat senantiasa menjaga integritas dan amanah yang diemban. Sebuah pesan yang begitu menyentuh dan mengingatkan bahwa di balik setiap kesuksesan seorang pemimpin, ada peran serta keluarga yang tak ternilai harganya.
Momentum pelantikan ini diharapkan menjadi titik awal bagi peningkatan kualitas pelayanan dan integritas di lingkungan peradilan agama. Masyarakat menanti hadirnya pemimpin-pemimpin yang amanah, profesional, dan berdedikasi tinggi dalam mewujudkan keadilan. (Badilag)